Wawasan petani karbitan, selalu mengambil gampangnya. Tak peduli tanah
punya orang. Ia main babat dan melakukan pembakaran lahan. Akibatnya,
sangat fatal! Tanaman yang ada di tanah -yang bukan miliknya tadi- turut
dilahap api. Api melahap tanpa ampun. Asap membumbung tinggi. Efeknya
sangat dahsyat! Kawasan padat penduduk diserang badai asap. Akhirnya semua tidak bisa beraktivitas. Kalaupun keluar rumah harus belanja masker.
Petani karbitan ini biasanya petani yang baru mengikuti pelatihan cocok tanam organik. Dianggapnya kebiasaan petani si pemilik lahan sudah kuno. Tidak sehat lagi. Boros. Juga tidak sesuai dengan juklak dari penyuluh pertanian pusat. Prinsipnya, lahan harus diganti. Tanaman apapun yang di atasnya harus dimusnahkan. Padahal tak lama akan membuahkan hasil, dan pemilik lahan akan segera panen.
Si petani karbitan tidak sadar diri, bahwa ia pun masih memakan nasi dari beras yang padinya ditanam dengan pupuk urea. Ayam yang dimakan masih ayam yang menggunakan pakan kimia. Bahkan rokok yang ia hisap adalah rokok yang diproduksi dari tembakau yang disemprot bahan kimia. Pokoknya, semua petani harus mengubah trdisi yang tidak sesuai dengan intruksi pusat. Ditanya dari siapa intruksi pusat itu? Ia tak bisa jawab. Apa kualifikasi sang instruktur pusat? Ia pun hanya mengatakan, tunggu saja kedatangannya! Seorang instruktur pertanian yang canggih. Ilmunya mendalam. Layak disebut saintis mutlak.
Sahabat, semangat yang tercerabut dari realita adalah semangat yang membumbung tinggi ke angkasa. Namun sangat membahayakan. Terlebih semangat yang bersumber dari kobaran api emosi. Apatah lagi dari doktrin-doktrin para instruktur, yang sama-sama instruktur karbitan.
Di medan dakwah pun kita akan sama-sama melihat dan merasakan, kehadiran para pengklaim kebenaran mutlak di tangannya. Lalu mereka membakar sisi-sisi sensitif dengan doktrin-doktrin yang jauh dari model dakwah baginda Rasul. Beliau berdakwah jelas segmentasinya. Lahan dakwah bermula dari kerabat terdekat, keluarga tercinta, kemudian orang-orang yang menjadi tanggungan. Materi dakwahnya bukan halal-haram, lantas mengkufur-kufurkan. Dakwah beliau dilandasi cinta dan kasih sayang. Menyentuh sisi-sisi kejiwaan manusia yang terdalam. Jiwa ingin diperlakukan manusiawi.
Lalu bagaimana dengan model dakwah yang tidak pernah menanam, tapi ingin ikut memanen? Perjuangan yang sayup terdengar mengkafirkan, namun nyaring memprotes saat jatah hidupnya berkurang? Dakwah yang hanya besar di tataran pemikiran. Namun kosong di tataran akhlak, moralitas, dan tercerabut dari realitas. Dakwah yang meniadakan jihad. Anehnya masih mengklaim jalan hidupnya yang terbaik.
Tugas kita terus berhati-hati! Karena biasanya perjuangan yang hanya memanen tak mau menanam, adalah perjuangan kolonial menancapkan hegemoninya di dunia Islam!
Petani karbitan ini biasanya petani yang baru mengikuti pelatihan cocok tanam organik. Dianggapnya kebiasaan petani si pemilik lahan sudah kuno. Tidak sehat lagi. Boros. Juga tidak sesuai dengan juklak dari penyuluh pertanian pusat. Prinsipnya, lahan harus diganti. Tanaman apapun yang di atasnya harus dimusnahkan. Padahal tak lama akan membuahkan hasil, dan pemilik lahan akan segera panen.
Si petani karbitan tidak sadar diri, bahwa ia pun masih memakan nasi dari beras yang padinya ditanam dengan pupuk urea. Ayam yang dimakan masih ayam yang menggunakan pakan kimia. Bahkan rokok yang ia hisap adalah rokok yang diproduksi dari tembakau yang disemprot bahan kimia. Pokoknya, semua petani harus mengubah trdisi yang tidak sesuai dengan intruksi pusat. Ditanya dari siapa intruksi pusat itu? Ia tak bisa jawab. Apa kualifikasi sang instruktur pusat? Ia pun hanya mengatakan, tunggu saja kedatangannya! Seorang instruktur pertanian yang canggih. Ilmunya mendalam. Layak disebut saintis mutlak.
-----------------
Sahabat, semangat yang tercerabut dari realita adalah semangat yang membumbung tinggi ke angkasa. Namun sangat membahayakan. Terlebih semangat yang bersumber dari kobaran api emosi. Apatah lagi dari doktrin-doktrin para instruktur, yang sama-sama instruktur karbitan.
Di medan dakwah pun kita akan sama-sama melihat dan merasakan, kehadiran para pengklaim kebenaran mutlak di tangannya. Lalu mereka membakar sisi-sisi sensitif dengan doktrin-doktrin yang jauh dari model dakwah baginda Rasul. Beliau berdakwah jelas segmentasinya. Lahan dakwah bermula dari kerabat terdekat, keluarga tercinta, kemudian orang-orang yang menjadi tanggungan. Materi dakwahnya bukan halal-haram, lantas mengkufur-kufurkan. Dakwah beliau dilandasi cinta dan kasih sayang. Menyentuh sisi-sisi kejiwaan manusia yang terdalam. Jiwa ingin diperlakukan manusiawi.
Lalu bagaimana dengan model dakwah yang tidak pernah menanam, tapi ingin ikut memanen? Perjuangan yang sayup terdengar mengkafirkan, namun nyaring memprotes saat jatah hidupnya berkurang? Dakwah yang hanya besar di tataran pemikiran. Namun kosong di tataran akhlak, moralitas, dan tercerabut dari realitas. Dakwah yang meniadakan jihad. Anehnya masih mengklaim jalan hidupnya yang terbaik.
Tugas kita terus berhati-hati! Karena biasanya perjuangan yang hanya memanen tak mau menanam, adalah perjuangan kolonial menancapkan hegemoninya di dunia Islam!
By: Nandang BUrhanudin
-
No comments:
Post a Comment
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Sudah Berkunjung ke Wabsite Saya...