Dunia Islam - Seorang pakar epidemiologi terkemuka AS menyarankan perubahan perilaku,
di antaranya dengan melakukan sunat atau khitan bagi pria, sebagai alat
utama membantu mencegah penyebaran HIV.
Pakar epidemiologi terkemuka Amerika Dr. Daniel Halperin mengungkapkan pandangannya dalam buku baru "Tinderbox: How the West Sparked the AIDS Epidemic and How the World Can Finally Overcome It." Buku itu ditulisnya bersama mantan redaktur harian Washington Post, Craig Timberg.
Pakar epidemiologi terkemuka Amerika Dr. Daniel Halperin mengungkapkan pandangannya dalam buku baru "Tinderbox: How the West Sparked the AIDS Epidemic and How the World Can Finally Overcome It." Buku itu ditulisnya bersama mantan redaktur harian Washington Post, Craig Timberg.
Kedua penulis mengatakan ada cara yang relatif murah, bahkan tradisional untuk mengurangi penularan baru HIV, virus penyebab AIDS. Salah satunya adalah sunat pada laki-laki - praktek yang menurut mereka menekan tingkat penularan tetap rendah di tempat-tempat di mana sunat umum dilakukan.
Wartawan Washington Post Craig Timberg menjelaskan mengapa penyakit tersebut tidak terlalu berdampak di sebagian Afrika dibandingkan bagian lain Afrika. Ia menyampaikan komentarnya dalam siaran baru-baru ini di Book-TV pada jaringan televisi C-Span:
“Begitu rute transportasi membaik, virus HIV mendapat jalan untuk menulari Afrika Timur yaitu Rwanda, Uganda, dan bagian-bagian Kenya dekat Danau Victoria, di mana laki-laki tidak disunat. Itu karena tradisi etnis mereka berbeda. Virus itu tidak datang dari Nigeria dan Afrika Barat, melainkan dari Sudan dan Lembah Nil. Di sana, jutaan laki-laki tidak disunat. Ketika virus itu menulari penduduk, mendadak terjadi semacam ledakan penularan. Bukan tingkat penularan satu atau dua persen orang dewasa, melainkan 10, 15, malah di beberapa tempat, 20 persen orang dewasa,” papar Timberg..
Selain sunat, menurut Timberg, beberapa negara telah menggalakkan kampanye yang efektif untuk mengubah perilaku.
Ia mengungkapkan tingkat penularan baru turun di beberapa negara, termasuk Uganda dan Zimbabwe, jauh sebelum tersedia obat yang bisa memperpanjang hidup penderita HIV.(eramuslim/voa)
No comments:
Post a Comment
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Sudah Berkunjung ke Wabsite Saya...