(Di ilhami suara wakil rakyat di harian Kompas, 11 Juni 1995)
Dulu, katanya
Diawal Revolusi, saat bara api Proklamasi meradang dibumi pertiwi
Tak terdengar sebutan aku anak pejabat, lebih-lebih yang konglomerat
Yang ada, hanya anak bangsa yang bernasib sama-sama sekarat
Dulu, katanya,
Disaat semua memekikkan semboyan MERDEKA atau MATI, yang nekat
Tak terlihat, anak pejabat makan roti dan cokelat, kecuali para penjilat
Yang ada, sama-sama makan ubi rambat
Janjinya, bila merdeka nanti,
Negeri ini milik semua, dan rata dalam membagi
Namun, semua itu tinggal kenangan,
Setelah kemerdekaan melewati bilangan 50 tahunan
Yang terjadi bukannya kebersamaan, lebih-lebih pemerataan
Yang didasarkan pada keadilan
Yang terjadi justru ketimpangan
Ketimpangan dalam keberadaan
Si anak pejabat hidup nyaman diatas awan
Tak peduli pada nasib si kecil yang terbuang
Yang penting baginya menang dan kenyang
Tak mau tahu pada si lemah yang masih mengerang
Sedang si anak singkong
Di alam merdeka yang makin tenar dan mencorong
Nasibnya bukannya di sorong, agar dapat saling mbopong
Melainkan lebih tersuruk di bawah kolong
Mau bukti, silakan kaji sendiri !
Dulu, katanya
Diawal Revolusi, saat bara api Proklamasi meradang dibumi pertiwi
Tak terdengar sebutan aku anak pejabat, lebih-lebih yang konglomerat
Yang ada, hanya anak bangsa yang bernasib sama-sama sekarat
Dulu, katanya,
Disaat semua memekikkan semboyan MERDEKA atau MATI, yang nekat
Tak terlihat, anak pejabat makan roti dan cokelat, kecuali para penjilat
Yang ada, sama-sama makan ubi rambat
Janjinya, bila merdeka nanti,
Negeri ini milik semua, dan rata dalam membagi
Namun, semua itu tinggal kenangan,
Setelah kemerdekaan melewati bilangan 50 tahunan
Yang terjadi bukannya kebersamaan, lebih-lebih pemerataan
Yang didasarkan pada keadilan
Yang terjadi justru ketimpangan
Ketimpangan dalam keberadaan
Si anak pejabat hidup nyaman diatas awan
Tak peduli pada nasib si kecil yang terbuang
Yang penting baginya menang dan kenyang
Tak mau tahu pada si lemah yang masih mengerang
Sedang si anak singkong
Di alam merdeka yang makin tenar dan mencorong
Nasibnya bukannya di sorong, agar dapat saling mbopong
Melainkan lebih tersuruk di bawah kolong
Mau bukti, silakan kaji sendiri !
Bila hari ini kebenaran di dustakan
Bila hari ini kenyataan di palsukan
Tunggu hari esok
Dimana manusia membalikkan
Bila hari ini orang lain di tidak benarkan
Bila hari ini orang lain di tidak adilkan
Tunggu hari esok
Dimana engkau sendiri dapat giliran
Jadi mengapa ragu ? Prinsip !
Sandaran hukum mesti di tegakkan
Kemanusiaan akan membusuk
Dalam kuasa sewenang-wenang
No comments:
Post a Comment
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Sudah Berkunjung ke Wabsite Saya...