Ini kisah nyata yang dialami teman
saya, semoga kisah ini menjadi inspirasi, atau membuka mata hati kita.
Semua orang pasti pernah melakukan
kesalahan, baik itu kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Kisahnya
berawal dari teman saya ini akan dikenalkan dengan seorang wanita, namun
sebelum dikenalkan teman saya ini sudah mengetahui si wanita itu, dan karena
kurang sreeg, akhirnya teman saya ini memutuskan untuk tidak melanjutkan
perkenalan itu. Teman saya ini mengakui bahwa dia merasa kurang sreg dengan si
wanita yang akan dikenalkan itu. Lalu teman saya ini memberitahu pada orang
yang mau memperkenalkannya ini dengan wanita itu. Disitulah semuanya berawal.
Memang sebelumnya orang yang akan
memperkenalkanteman saya dengan si wanita itu sudah memberi kesempatan kepada
teman saya untuk melihat dulu sosok si wanita itu tanpa si wanita itu
mengetahui. Dan teman saya melakukannya, dan hasilnya adalah teman saya tidak
melanjutkan.
Namun, orang yang mau memperkenalkan
ini tidak menerima alasan teman saya, dia kecewa, dan bilang bahwa dia tidak
akan lagi mau membantu teman saya menganalkan teman saya kepada wanita yang
lain, bahkan dia menyebut teman saya dengan sebutan pilih-pilih. Iya, kamu mah
cari wanitanya pilih-pilih. Lalu muncullah sebutan level tinggi.
Teman saya ini melakukan kesalahan,
tapi bukankah kesalahan itu bisa diperbaiki? Tidak selamanya orang melakukan
kesalahan, ada masanya seseorang itu berubah. Allah SWT juga dalam firmannya
dalam Al Qur’an ; “ Allah tidak akan merubah suatu kaum, sehingga kaum itu
merubahnya...”, begitulah redaksinya, namun kalimatnya kurang tepat, namun
begitulah maksudnya. Rasulullah SAW saja bisa menerima perubahan para sahabat-sahabatnya
yang dulu terkenal dengan zaman jahiliyahnya. Pernah berbuat kesalahan, tapi
bisa berubah dan diterima menjadi baik. Nah, ini yang menjadi masalah teman
saya, cap atau sebutan karena teman saya pernah melakukan kesalahan, sampai
sekarang tidak hilang. Tetap saja teman saya ini disebut Pilih-pilih, atau cari
wanita pendamping yang level tinggi, hingga tidak mau lagi mengenalkannya
dengan wanita lain.
“ ahh saya mah gak mau ngenalin kamu
sama cewek, kamu mah levelnya tinggi,,,”, begitulah kalimat yang kerap diucapkan
teman-temannya pada teman saya.
Padahal mereka ini mengerti agama,
dibanding teman saya. Tapi faham yang dia anut dan kecewa yang dia rasakan
memaksanya untuk bungkam tidak mau lagi dimintai bantuan. Bahkan dalam candaan
pun, teman saya selalu menerima ucapan atau sebutan-sebutan level tinggi.
Kebetulan sampai saat ini, teman saya belum menemukan wanita pendampingnya.
Pernah dicomblangi sama wanita oleh teman dekatnya, tapi hampir 3 wanita
mundur. Oh iya donk, ternyata Faktornya karena si wanita menginginkan lelaki
yang sepadan dengannya. Kebetulan wanita-wanita yang diperkenalkan dengan teman
saya ini adalah sarjana, aktivitas sebagai guru, jelas saja menolak teman saya
yang bukan sarjana dan bukan guru.
Lebih parah lagi, berita teman saya mundur
dari proses perkenalan dengan wanita sebelumnya, wanita yang pertama yang
membuat si pencomblangnya kecewa, itu terdengar dan diketahui oleh
teman-temannya. Rahasia mundurnya teman saya bocor. Kebetulan teman saya ini
aktif di semacam perkumpulan/organisasi yang anggotanya tersebar di
daerah-daerah. Akhirnya, ini menjadi aib. Bocornya cerita mundurnya teman saya
terdengar kedaerah lainnya, maka ini menjadi aib teman saya. Nama baik teman
saya tercemar di perkumpulannya itu. Sampai sekarang nama baik teman saya ini
menjadi aib buat dirinya dimata teman-temannnya, dan tak terhapuskan. Padahal
teman saya sudah mengakui pada waktu itu bersalah dan teman saya kini sudah
berubah.
Kini teman saya dengan perubahannya
seperti terkekang, tak berarti. Karena teman-temannya masih menganggap teman
saya masih seperti dulu. Perubahan baik teman saya tidak diterima, malah
menjadi cibiran teman-teman dekatnya. Saya juga tidak menerti mengapa perubahan
baik teman saya tidak diterima, padahal yang saya tau temannya ini mengerti
agama dibanding saya juga teman saya. Tapi, aib tetaplah aib mungkin bagi
mereka. Tak ada kata berubah. Faham agama bukan jalan keluar seseorang untuk
menerima perubahan, dan hanya dizaman Nabi saja itu berlaku, zaman sekarang
jangan berharap.
Kesalahan yang pernah teman
saya lakukan sebenarnya ada 2 faktor penyebabnya, pertama; mungkin karena dia merasa minder dengan si wanita itu.
Minder karena dari keadaan dirinya, mungkin keadaan si wanita yang jauh dari
keadaan teman saya, bisa jadi minder karena si wanita adalah orang berada,
berbeda dengan teman saya, yang orang biasa-biasa saja. Yang kedua adalah mungkin
kerena Faktor tidak mengerti. Bisa jadi saat itu dia belum matang dalam
bersikap dan membuat keputusan atau melakukan penilaian. Teman saya mungkin
awam dengan proses yang dilakukan temannya itu (mengenalkan wanita kepada teman
saya). Ta’aruf istilahnya. Bisa jadi saat itu teman saya belum mengerti proses
ta’aruf itu. Namun, vonis buruk keburu diterimanya yang diterimanya meski dia
kini berubah.
Mungkin begitulah jalan yang harus
dialami teman saya ini. Tragis memang. Kini pun teman saya tidak lepas dari
sebutan cowok pilih-pilih atau cari cewek yang level tinggi. Bahkan ada salah
satu temannya berseloroh berkata, “saya gak mau membantu carikan wanita buat
kamu, kamu mah levelnya tinggi,, “ Astaghfirullah, kok ada ya orang yang tidak
mau menerima perubahan seseorang, Rasulullah saja bisa. Apa yang dapat kita
sombongkan? Kita punya apa? Hanya tuhan yang memiliki segalanya. Apa yang
pantas manusia sombongkan?
Begitulah, berbuat kesalahan kecil
saja tidak lantas bisa berubah menjadi kebenaran, malah suatu kesalahan
kecilpun bisa menjadi kesalahan besar. Baik dimata orang yang mengerti ajaran
agama apalagi orang yang awan tentang agama.
Kasihan teman saya, saat akan
melangkah, terjegal. Meski dengan hanya candaan, tapi Sakitnya tuh Disini. Saya
gak tau candaan atau beneran, tapi harusnya teman-temannya itu sebagai teman mensupport
teman saya, karena kini teman saya sudah berubah tidak lagi seperti dahulu.
Sayangnya itu tidak terjadi pada teman-temannya itu.
Demikianlah kisah dari teman saya ini. Semoga kisah
ini jadi manfaat dan pelajaran buat kita semua. Terima kasih sudah membaca
tulisan saya, maaf bila ada kata atau kalimat yang tidak berkenan. Jika ada
kalimat yang kurang berkenan, jangan sungkan untuk berkomentar.. :)
No comments:
Post a Comment
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Sudah Berkunjung ke Wabsite Saya...