Tipe Kedua: Tipe Pembelajar
Pembelajar di sini bermakna, senantiasa berupaya mencari jalan keselamatan di mana dan dalam posisi apapun. Selamat dari dakwaan di dunia dan hisab di akhirat tentunya. Para CAD PKS tipe ini menjadikan posisi sebagai anggota parlemen atau birokrasi, sebagai jalan dan medan untuk terus berlatih, belajar, dan melaksanakan ide-ide besar yang sejak sekian tahun menjadi materi inti atau madah tatsqif di halaqoh tarbawiyah.
Pembelajar di sini bermakna, senantiasa berupaya mencari jalan keselamatan di mana dan dalam posisi apapun. Selamat dari dakwaan di dunia dan hisab di akhirat tentunya. Para CAD PKS tipe ini menjadikan posisi sebagai anggota parlemen atau birokrasi, sebagai jalan dan medan untuk terus berlatih, belajar, dan melaksanakan ide-ide besar yang sejak sekian tahun menjadi materi inti atau madah tatsqif di halaqoh tarbawiyah.
Ciri dari karakter tipe ini adalah; Misi besarnya memperbaiki pemerintahan agar terwujud clean government dan service satisfaction terhadap masyarakat.
Praktiknya, misi besar ini harus berhadapan dengan fakta:
a. Kualitas birokrat warisan Orba dan rejim sebelumnya, yang dikenal licin, lihai, dan pandai bersilat lidah, juga mempermainkan anggaran.
Fakta kullu syain bi fuluusin mulus, wabuduuni fulus manpus, adalah fakta yang mau tidak mau harus diterima. Salam tempel berupa amplop atau cek. Parcel berupa hadiah mewah. Diterima salah. Dikembalikan, pasti akan salah kaprah. Dilema terjadi. Setiap rapat di dewan, para Aleg PKS seingkali menolak gratifikasi. Namun ketika menolak, Aleg PKS harus siap diintimidasi dan "dimarjinalisasi" hingga tak dilibatkan dalam banyak rapat penting. Mengapa? Penyebabnya jumlah yang tidak signifikan. Satu fraksi menolak tidak ada guna, mengingat yang mayoritas itulah yang digjaya.
Belum lagi aturan RUU, Perda, atau apapun yang selalu melibatkan "pelicin". Setiap kali mendengar berita "pelicin", saya sendiri kutar-ketir. Namun saya perhatikan, tak sedikit aleg-aleg PKS di seluruh level, sukses terselamatkan dari ragam gratifikasi: seks, money, ataupun lainnya...
b. Fakta bahwa mayoritas Aleg dan birokrat terpilih, adalah aleg-aleg yang hanya bermodalkan dukungan, sementara dirinya sendiri bermasalah, baik secara alur pendidikan formal, pergaulan, bahkan mental.
Bagi kita yang di luar birokrasi maupun parlemen, tentu akan banyak berteori dan menyalahkan aleg-aleg PKS yang terkesan "tidak berbobot" atau "tidak bernyali". Faktanya, memang aleg-aleg PKS yang berlatarbelakang pendidikan moncer, akhlak baik, dan rekam jejak yang normal, susah menemukan partner yang memiliki kualifikasi yang setara. Hampir rata-rata aleg-aleg dari parpol lain, adalah aleg-aleg yang bertipe perusak. Hobi main perempuan, korupsi, bahkan memperjualbelikan pengaruh. Silahkan cek data korupsi parpol atau aleg parpol. Bandingkan dengan kasus korupsi aleg PKS. Semua pasti menunjukkan pada kasus korupsi sapi, yang hingga kini tak jelas apa yang dikorupsi. LHI bahkan dipenjara sebelum ada vonis. Digerebek. Bahkan dilecehkan oleh caci maki.
c. Fakta bahwa aleg dan birokrat PKS dibenturkan pada realita, backup pejabat teknis di eselon I, II, atau III adalah pejabat karir yang dominasinya mengakar dan menyebar. Silahkan anda tunjuk, di Jabar saja yang Gubernurnya 2 periode dari PKS, pejabat eselon yang menjadi tim teknis Gubernur rata-rata adalah pendukung calon atau parpol lain.
d. Fakta bahwa seluruh sumberdaya alam, peruntukkan APBN-APBD, sudah dikangkangi mafia dari kalangan pengusaha-pengusaha hitam. Setahu saya, tak satupun urusan di negeri ini, melainkan kavling-kavlingnya sudah dikuasai etnis minoritas yang tidak memiliki spirit selain menggerus asset dan SDA Indonesia. Mafia ini yang selalu hadir di belakang layar. Berani melawan, harus siap diterjang. Mencoba mengungkit, siap dijungkit. Terlalu naif jika kita memisahkan kasus perkasus. Semua puzzle adalah satu kesatuan.
Di titik ini, para CAD harus terus belajar. Tidak boleh main-main menjalankan amanah umat dan para kader. Belajar semakin dewasa, menampilkan harapan di masa datang. Belajar untuk tidak cengeng. Apalagi hanya sekedar gaya-gayaan. Terpilih menjadi aleg. Tapi hanya sibuk di jam kantor. Pergi pagi pulang sore. Tak pernah menyapa, apalagi menjadi penyambung lidah bangsa. Terus belajar!
By: Nandang Burhanudin
---
No comments:
Post a Comment
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Sudah Berkunjung ke Wabsite Saya...