Sengaja kugoreskan tulisan ini, kado untuk teman-teman FB ku yang
sedang ta’aruf, atau yang akan melakukan ta’aruf secara Islami. Juga
bagi pasangan yang sudah pernah melakukan ta’aruf Islami,kado tulisan
ini kupersembahkan sebagai kenang-kenangan yang terindah yang pernah
dilalui dahulu. Kudoakan semoga Allah selalu memudahkan dan melancarkan
ta’aruf Islami yang sedang atau akan berlangsung. Bagi pasangan yang
sudah melakukan ta’aruf Islami, semoga langgeng pernikahannya, hingga
kematianlah yang memisahkan kita dari pasangan kita..amiin.
Bagi
setiap aktivis da’wah, yang sudah memilih da’wah sebagai jalan
hidupnya, tentunya harus memiliki kepribadian Islamiyyah yang berbeda
dengan orang-orang yang belum tarbiyah tentunya. Salah satu akhlak
(kepribadian Islami) yang harus dimiliki setiap ikhwan atau akhwat
adalah ketika memilih menikah tanpa pacaran. Karena memang dalam Islam
tidak ada konsep pacaran, dengan dalih apapun. Misalnya, ditemani orang
tualah, ditemani kakak atau adiklah sehingga tidak berdua-duan. Semua
sudah sangat jelas dalam Alqur’an surat Al Isra ayat 32 yang artinya
”Dan janganlah kamu mendekati zina ; (zina) itu sungguh perbuatan keji,
dan suatu jalan yang buruk.”.
Apalagi sudah menjadi fihtrah bagi setiap pria pasti memiliki rasa ketertarikan pada wanita begitu pula sebaliknya. Namun Islam memberikan panduan yang sangat jelas demi kebaikan ummatnya. Mampukah tiap diri kita menata semua, ya perasaan cinta, kasih sayang benar-benar sesuai dengan syari’ah? Dalam buku Manajemen Cinta karya Abdullah Nasih Ulwan, juga disebutkan, cinta juga harus dimanage dengan baik, terutama cinta pada Allah, Rasulullah, cinta terhadap orang-orang shalih dan beriman. Jadi tidak mengumbar cinta secara murahan atau bahkan melanggar syariat Allah.
Apalagi sudah menjadi fihtrah bagi setiap pria pasti memiliki rasa ketertarikan pada wanita begitu pula sebaliknya. Namun Islam memberikan panduan yang sangat jelas demi kebaikan ummatnya. Mampukah tiap diri kita menata semua, ya perasaan cinta, kasih sayang benar-benar sesuai dengan syari’ah? Dalam buku Manajemen Cinta karya Abdullah Nasih Ulwan, juga disebutkan, cinta juga harus dimanage dengan baik, terutama cinta pada Allah, Rasulullah, cinta terhadap orang-orang shalih dan beriman. Jadi tidak mengumbar cinta secara murahan atau bahkan melanggar syariat Allah.
Lalu bagaimanakah kiat-kita ta’aruf Islami yang benar agar nantinya tercipta rumah tangga sakinah mawaddah warahmah,:
1.Melakukan Istikharoh dengan sekhusyu-khusyunya
Setelah
ikhwan mendapatkan data dan foto, lakukanlah istikharoh dengan
sebaik-baiknya, agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Dalam
melakukan istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada calon yang
diberikan kepada kita. Tapi ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT.
Luruskan niat kita, bahwa kita menikah memang ingin benar-benar
membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Seseorang
biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya.
2.Menentukan Jadwal Pertemuan (ta’aruf Islami)
Setelah
Ikhwan melakukan istikharoh dan adanya kemantapan hati, maka segerlah
melaporkan pada Ustadz, lalu Ustadz pun memberikan data dan foto kepada
Ustadzah (guru akhwat), dan memberikan data dan foto ikhwan tersebut
kepada Akhwat. Biasanya akhwat yang memang sudah siap, Insya Allah
setelah istikharoh juga segera melaporkan kepada Ustadzahnya. Lalu
segeralah atur jadwal pertemuan ta’aruf tersebut. Bisa dilakukan di
rumah Ustadzah akhwatnya. Memang idealnya kedua pembimbing juga hadir,
sebagai tanda kasih sayang dan perhatian terhadap mutarabbi
(murid-murid). Hendaknya jadwal pertemuan disesuaikan waktunya, agar
semua bisa hadir, pilihlah hari Ahad, karena hari libur.
3.Gali pertanyaan sedalam-dalamnya
Setelah
bertemu, hendaknya didampingi Ustadz dan Ustadzah, lalu saling
bertanyalah sedalam-dalamnya, ya bisa mulai dari data pribadi, keluarga,
hobi, penyakit yang diderita, visi dan misi tentang rumah tangga.
Biasanya pada tahap ini, baik ikhwan maupun akhwat agak malu-malu dan
grogi, maklum tidak mengenal sebelumnya. Tapi dengan berjalannya waktu,
semua akan menjadi cair. Peran pembimbing juga sangat dibutuhkan untuk
mencairkan suasana. Jadi tidak terlihat kaku dan terlalu serius.
Dibutuhkan jiwa humoris, santai namun tetap serius.
Silakan
baik ikhwan maupun akhwat saling bertanya sedalam-dalamnya, jangan
sungkan-sungkan, pada tahap ini. Biasanya pertanyaan-pertanyaan pun
akan mengalir.
4.Menentukan waktu ta’aruf dengan keluarga akhwat
Setelah
melakukan ta’aruf dan menggali pertanyaan-pertanyaan sedalam-dalamnya,
dan pihak ikhwan merasakan adanya kecocokan visi dan misi dengan sang
akhwat, maka ikhwan pun segera memutuskan untuk melakukan ta’aruf ke
rumah akhwat, untuk berkenalan dengan keluarga besarnya. Ini pun sudah
diketahui oleh Ustadz maupun Ustadzah dari kedua belah pihak. Jadi
memang semua harus selalu dikomunikasikan, agar nantinya hasilnya juga
baik. Jangan berjalan sendiri. Sebaiknya ketika datang bersilaturahim
ke rumah akhwat, Ustadz pun mendampingi ikhwan sebagai rasa sayang
seorang guru terhadap muridnya. Tetapi jika memang Ustadz sangat sibuk
dan ada da’wah yang tidak bisa ditinggalkan, bisa saja ikhwan
didampingi oleh teman pengajian lainnya. Namun ingat,ikhwan jangan
datang seorang diri, untuk menghindarkan fitnah dan untuk membedakan
dengan orang lain yang terkenal di masyarakat dengan istilah ’ngapel’
(pacaran).
Hendaknya waktu ideal untuk silaturahim ke
rumah akhwat pada sore hari, biasanya lebih santai. Tapi bisa saja
diatur oleh kedua pihak, kapan waktu yang paling tepat untuk
silaturahim tersebut.
5.Keluarga Ikhwan pun boleh mengundang silaturahim akhwat ke rumahnya
Dalam
hal menikah tanpa pacaran, adalah wajar jika orang tua ikhwan ingin
mengenal calon menantunya (akhwat). Maka sah-sah saja, jika orang tua
ikhwan ingin berkenalan dengan akhwat (calon menantunya). Sebaiknya
ketika datang ke rumah ikhwan, akhwat pun tidak sendirian, untuk
menghindari terjadinya fitnah. Dalam hal ini bisa saja akhwat ditemani
Ustadzahnya ataupun teman pengajiannya sebagai tanda perhatian dan kasih
sayang pada mutarabbi.
6.Menentukan Waktu Khitbah
Setelah
terjadinya silaturahim kedua belah pihak, dan sudah ada kecocokan visi
dan misi dari ikhwan dan akhwat juga dengan keluarga besanya, maka
jangalah berlama-lama. Segeralah tentukan kapan waktu untuk mengkhitbah
akhwat. Jarak waktu antara ta’aruf dengan khitbah, sebaiknya tidak
terlalu lama, karena takut menimbulkan fitnah.
7.Tentukan waktu dan tempat pernikahan
Pada
prinsipnya semua hari dan bulan dalam Islam adalah baik. Jadi
hindarkanlah mencari tanggal dan bulan baik, karena takut jatuh ke arah
syirik. Lakukan pernikahan sesuai yang dicontohkan Rasulullah, yaitu
sederhana, mengundang anak yatim, memisahkan antara tamu pria dan
wanita, pengantin wanita tidak bertabarruj (berdandan),makanan dan
minuman juga tidak berlebihan.
Semoga dengan menjalankan
kiat-kiat ta’aruf secara Islami di atas, Insya Allah akan terbentuk
rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah…yang menjadi dambaan setiap
keluarga muslim baik di dunia maupun di akhirat.
Teriring doaku
yang tulus kepada ikhwah dan akhwat fillah yang akan melangsungkan
pernikahan kuucapkan ”Baarokallahu laka wa baaroka ’alaika wajama’a
bainakumaa fii khoirin..
Dan bagi sahabat-sahabatku yang
belum menikah, teriring doa yang tulus dari hatiku, semoga Allah
memberikan jodoh yang terbaik untuk semua baik di dunia maupun di
akhirat..
Amiin ya Rabbal ’alamiin
sumber: https://www.facebook.com/notes/untung-rahmatulloh/-indahnya-taaruf-secara-islami-/10150398625922932
No comments:
Post a Comment
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Sudah Berkunjung ke Wabsite Saya...