Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu
mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan
dan kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan dakwah yang
dilakukannya.
Pengertian dakwah adalah mendorong manusia agar berbuat kebajikan
dan menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar
agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. (M.Munir, S.Ag., MA, Metode
Dakwah,(Jakarta,Kencana Prenada Media Group, 2009) cet 3, hal 215).
Definisi dakwah menurut para ahli antara lain :
1. Dakwah adalah pemerintah mengadakan seruan kepada sesame
manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh
kebijaksanaan dan nasihat yang baik.
2. Dakwah adalah menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk
serta menyuruh kepada kebajikan dan melarang kemungkaran agar mendapat
kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Dakwah menyampaikan dan mengerjakan agar agama Islam kepada
seluruh manusia dan mempraktikkannya dalam kehidupan nyata.
4. Dakwah adalah suatu aktifitas yang mendorong manusia memeluk
agama Islam melalui cara yang bijaksana, agar mereka mendapatkan kesejahteraan
di dunia dan akhirat.
Dari definisi para ahli di atas maka bisa kita simpulkan
bahwa dakwah adalah kegiatan atau usaha memanggil orang muslim maupun
non-muslim, dengan cara bijaksana kepada Islam sebagai jalan yang benar,
melalui penyampaian ajaran Islam untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar
bisa hidup damai di dunia dan bahagia di akhirat ( Kajian tentang filsafat
dakwah Islam, http://nurrohmanbpi.wordpress.com/2011/07/10/filsafat-dakwah/diakses ,23 April 2013]
Kurang berhasilnya gerakan dakwah pada umumnya disebabkan
oleh lemahnya system dakwah secara menyeluruh yang memerlukan satu kesatuan yang
saling berkaitan dari unsur-unsur dakwah berikut ini :
1. Subjek dakwah (da’i) adalah setiap orang yang mengajak,
menyeru orang ke jalan Allah untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan
As-sunnah.
2. Objek dakwah (mad’u) adalah orang yang manjadi sasaran
dakwah.
3. Tujuan dakwah sifatnya bertahap, disesuaikan dengan
heterogenitas objek dakwah dan perbedaan problematika yang dihadapi objek
dakwah.
4. Materi dakwah adalah bahan dakwah yang sumbernya ilmu
pengetahuan sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Materinya pun perlu
mengalami perubahan-perubahan, terutama dari sisi racikannya sebagai satu
kesatuan yang berjalan secara sistemik antara aqidah, ibadah, akhlak dan
muamallah. Membangun pemahaman Islam sistemik ini sangat diperlukan, agar
keragaman seorang Muslim tidak lagi parsial, sehingga perilaku Islam yang
kaffah dapat ditampilkan (Yunan Yusuf, Masalah Dakwah, Agenda dan Solusi, Dakwah
Konterporer, (Bandung, Pusdai Press,2000), Cet 1, hal 19).
5. Metode dakwah adalah cara menyampaikan untuk mencapai
tujuan.
6. Media Dakwah adalah alat yang menjadi penghubung ide antara
subjek (da’i) dengan objek (mad’u).
7. Sarana dakwah adalah tempat untuk berdakwah seperti masjid,
sekolah, mushola, kantor, dan lain-lain yang memadai.
8. Dana dakwah adalah salah satu faktor yang sangat menentukan
kelancaran dan efektifitas kegiatan dakwah.
Semua unsur dakwah tersebut adalah merupakan satu kesatuan
yang saling berkaitan, apabila salah satu unsur tidak ada maka kurang sempurna.
Sebagai komunikator (penyampai pesan), diharuskan kreatif
dalam menyampaikan ilmu kepada komunikan (penerima pesan) sehingga dapat
meningkatkan kualitas jama’ah dalam menyimak pesan-pesan keagamaan. Dengan
adanya berbagai jenis hambatan dari komunikator dan komunikan bisa disebut juga
da’i dan mad’u, maka proses penyampaian dan penerimaan materi sering tidak
efektif dan tidak efisien. Selain itu pula suasana lingkungan ketika pengajian
berlangsung sangat berpengaruh kepada peningkatan kualitas menyimak materi oleh
mad’u. untuk mencapai itu semua otomatis jama’ah diupayakan untuk bisa menyimak apa yang disampaikan penceramah
dan menuliskan ilmu yang diterimanya
agar bisa diingatnya.
Seperti dalam wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada
Rasulullah SAW, adalah perintah belajar atau mencari ilmu dan sekaligus
mengajarkannya atau mendakwahkannya dalam surah Al-A’laq ayat 1-5 :
(1). Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (2). Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. (3). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, (4). Yang
mengajar (manusia) dengan perantara kalam, (5). Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya. (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Termahan Kontemporer, Bandung, Khazanah Intelektal,
2012)
Ayat diatas menunjukkan betapa pentingnya mencari ilmu, dan
agar ilmu itu bermanfaat maka kita harus menyimaknya.
Dari penjelasan diatas terbukti bahwa banyak jama’ah yang
tidak memungkinkan untuk menyimak materi yang disampaikan penceramah apabila
metode penyampaianya kurang menarik. Maka dari itu perlu diteliti permasalahan
yang ada pada pengajian-pengajian, bagaimana caranya agar materi yang
disampaikan penceramah dapat diserap dengan baik oleh jama’ah.
Dalam proses pencarian ilmu itu sering mengalami sandungan,
dan mengalami kegagalan karena terdapat kelemahan dalam metoda dakwah, dampaknya
masih banyak sekali jama’ah yang kurang memiliki kemampuan menyimak dan penceramah tidak memberikan kesempatan pada mad’u
untuk berpartisipasi dan berinteraksi. Hal ini dikarenakan penggunaan metode
penyampaian pesan dakwah dari da’I yang kurang tepat menjadikan mad’u kurang
memahami isi dari materi yang disampaikan.
Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan metode yang tepat
dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual dalam arti memecahkan masalah
yang terjadi di masyarakat, faktual artinya kongkrit dan nyata, dan kontekstual dalam arti
relevan dan menyangkut problema yang dihadapi oleh masyarakat.
Upaya peningkatan pemahaman mancari ilmu agama sangatlah
tidak mudah, maka dari itu perlu adanya strategi penyampaian yang menarik
karena strategi penyampaian mempunyai peranan yang sangat penting untuk
meningkatkan pemahaman dalam mencari ilmu.
Hal inilah yang sangat menarik untuk diteliti, karena dari
sekian banyak pengajian, pelatihan, pembinaan, kuliah dan yang lainnya yang
pernah penulis lakukan apabila pembicara memberikan materi yang disampaikan
dengan menggunakan metode yang kurang tepat maka membuat pendengar tidak
menyimaknya. Semua orang yang dating ke pengajian tentu saja bisa mendengar tetapi
belum
tentu bisa menyimak, sedangkan orang yang menyimak pasti mendengarkan.
Walaupun mad’u telah mengetahui bahwa menyimak pembicaraan da’i itu sangatlah
penting agar ilmu dapat diserap dan diabadikan secara menyeluruh, akan tetapi
pada kenyataannya sangatlah sulit untuk dilakukan.
Dakwah yang diterima
umat adalah dakwah yang komunikatif. Ahmad Mubarok dalam
buku Psikologi dakwah mengungkapkan bahwa kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi
di mana da’i (komunikator) mengkomunikasikan pesan dakwah kepada mad’u
(komunikan) (Wahyu ilaihi, M.A., Komunikasi Dakwah, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2010, Cet ke 1, hal 24).
Mangingat pentingnya ilmu agar menjadi manusia yang berguna
bagi dunia dan akhirat, maka dari itu perlu penanganan khusus dalam menyikapi
masalah ini, seperti dalam firman Allah SWT dalam qur’an surah An-Nahl (16)
ayat 43 yang artinya : “dan Kami tidak mengutus sebelum kamu,
kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui.”
Artinya kita sebagai hamba Allah perlu mencari ilmu dengan
benar, sesuai dengan yang dianjurkan yang bersumber dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah serta belajarlah sungguh-sungguh, konsentrasi, serius, yaitu dengan
cara “menyimaknya”.
No comments:
Post a Comment
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Sudah Berkunjung ke Wabsite Saya...