Djadjang Nurjaman (lahir di Bandung, Jawa Barat, 30 Oktober 1964; umur 50 tahun) adalah seorang pemain sepak bola legendaris Indonesia yang terkenal pada tahun 1990-an dan merupakan salah satu bintang Persib Bandung pada era tersebut.
Sebagai
pemain, Djadjang mengantarkan PERSIB menjuarai
Kompetisi Perserikatan 1986, 1989-1990 dan 1993-1994.
Dalam
perjalanan kariernya, Djadjang sempat memutuskan untuk meninggalkan PERSIB dan
beralih menjadi pemain profesional yang tampil di Kompetisi Galatama.
Tim yang dibelanya di Galatama adalah Sari Bumi Raya Bandung
(1979-1980), Sari Bumi Raya Yogyakarta (1980-1982), Mercu Buana Medan
(1982-1985).
Ketika
Mercu Buana bubar pada pertengahan tahun 1985, Djadjang memutuskan pulang
kampung dan langsung diterima pelatih Nandar Iskandar sebagai anggota skuad
PERSIB yang tengah berjuang di Kompetisi Perserikatan 1986. Harapan Djadjang
untuk mengobati lukanya pada tahun 1978 akhirnya kesampaian, ketika PERSIB
akhirnya menjadi juara pada musim itu.
Bersama
PERSIB tentu saja ia merasakan momen yang paling berkesan dan takkan pernah
dilupakannya ketika menjuarai Kompetisi Perserikatan 1986. Dalam pertandingan
final menghadapi Perseman Manokwari di Stadion Utama Senayan (sekarang Gelora Bung
Karno), Djadjang merupakan pahlawan kemenangan lewat gol tunggal yang
dicetaknya pada menit 77. Usai pertandingan, Djadjang dielu-elukan puluhan ribu
bobotoh. "Itulah momen yang takkan pernah saya lupakan sepanjang hidup
saya," kata Djadjang.
Dibalik kesuksesan Djanur (sapaan akrab Djadjang Nurjaman), ada hal yang mungkin sebagian orang tidak tahu, ini pun baru terungkap dari sang Meneger Persib, bapak Umuh Muchtar, "Pak Djadjang ini selalu Puasa Senin Kamis, selalu puasa kalau Persib hendak main," Kata Pak Umuh.
Sebagai
pelatih, Djadjang merasakan gelar juara ketika menjadi asisten pelatih Indra M.
Thohir di Liga Indonesia (LI) I/1994-1995 dan masih dipercaya hingga tahun
1996. Setelah itu ia lebih memantapkan karier kepelatihan dengan menukangi
PERSIB Junior (U-23). Pada tahun 2006 lagi-lagi ia mendapat kepercayaan sebagai
asisten pelatih untuk mendampingi Arcan Iurie. Setelah itu ia mengembangkan
karier kepelatihan di luar PERSIB, hingga pada tahun 2012, manajemen PERSIB
mempercayakan dirinya untuk menukangi tim sebagai Pelatih Kepala dalam
mengarungi Indonesia Super League tahun 2013.
Kembalinya
ke PERSIB seolah mengulang romantisme juara dengan rekan-rekannya di Liga
Indonesia I. Namun kali ini ia menjadi pelatih kepala, "abah" Indra
Thohir sebagai Direktur Teknik, dan juga ia dibantu oleh trio mantan pemain
yang mengantarkan PERSIB juara LI I, yaitu Anwar Sanusi, Asep Soemantri, dan
Sutiono Lamso sebagai asisten pelatih. Hasilnya tidak mengecewakan, di ajang
turnamen pra musim Celebes Cup yang digelar di kota Bandung,
Djadjang mempersembahkan tropi juara setelah di final mengalahkan Sriwijaya
FC dengan skor 1-0.
Musim
kali ini (2014) ia mengajak Herrie Setiawan, Asep Soemantri dan Anwar Sanusi
sebagai asisten pelatih.
Musim 2014 adalah
musim gemilang untuk Djadjang yang didaulat sebagai pelatih kepala, Musim ini
(2014) Sekuad besutannya berhasil menjuarai Indonesia Super League 2014 dan
mengangkat tropi setelah hampir 19 tahun PERSIB puasa Juara. (Baca: PERSIB Juara ISL 2014)
Dibalik
kesuksesan Djanur (sapaan akrab Djadjang Nurjaman), ada hal yang mungkin
sebagian orang tidak tahu, ini pun baru terungkap dari sang Meneger Persib,
bapak Umuh Muchtar. "Pak Djadjang ini selalu Puasa Senin Kamis,
selalu puasa kalau Persib hendak main," Kata Pak Umuh.
Subhanallah,,,
Pak
Umum menilai, sebagai Pelatih Persib, Djanur telah menjawab kebuntuan
gelar selama 19 tahun. Di musim depan, managemen Persib akan pertahankan Djanur
sebagai Pelatih PERSIB. Semoga Persib Juara lagi musim depan, Aamiinn...
Do'akan selalu PERSIB BANDUNG JUARA
Do'akan selalu PERSIB BANDUNG JUARA
sumber: wikipedia
No comments:
Post a Comment
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Sudah Berkunjung ke Wabsite Saya...