Friday, January 31, 2014

Kemenag Himbau Orangtua Waspadai Lingkungan Virtual Anak


JAKARTA - SEKJEN Kementerian Agama (Kemenag) Bahrul Hayat mengimbau para orang tua untuk mewaspadai lingkungan virtual anak. Sebab, baik buruknya anak di masa mendatang tidak lagi dapat dilihat sebagai dampak dari sekolah, masyarakat dan rumah, tetapi juga peralatan komunikasi yang digunakan.
 
“Pengawasan anak tidak lagi terbatas pada lingkungan  pendidikan, sosial dan di rumah seperti beberapa tahun silam, tetapi  juga dunia realitas maya,” kata Bahrul Hayat ketika membuka seminar nasional pendidikan dengan tema “Membumikan Kurikulum 2013 dan Karakter Ahlak Mulia” di Jakarta, Kamis (30/1).

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa realitas dunia maya – dengan dukungan perangkat komputer, telepon genggam – memungkinkan penggunanya dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang  disimulasikan oleh komputer (computer-simulated environment).  Lingkungan realitas maya, seperti juga disebut Wikipedia, kini umumnya menyajikan pengalaman visual, yang ditampilkan  pada sebuah layar komputer atau melalui sebuah penampil stereokopik, tapi beberapa simulasi mengikutsertakan tambahan informasi hasil pengindraan, seperti suara melalui speaker atau headphone.

Menurut Bahrul Hayat, interaksi anak kini sulit dibatasi dengan informasi yang ada di sekitarnya. Karena itu Sekjen Kemenag mengimbau orang tua untuk memberikan pemahaman yang tepat terhadap peralatan komunikasi yang dimilikinya.

Nilai Kebangsaan Pendidikan karakter pada anak yang diterapkan pada kurikulum 2013, menurut Bahrul Hayat, harus mengedepankan nilai  kebangsaan, nilai humanistik kebangsaan dan nilai ketuhanan. Ketiga nilai karakter itu harus harus diolah sehingga dapat melahirkan ahlak mulia. Sehingga ke depan bisa diarahkan menjadi warga negara yang baik.

Karena itu, upaya mewujudkannya, menurut Bahrul, perlu  keterpaduan dari seluruh pemangku kepentingan. Sebab untuk mengintegrasikan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat perlu kesamaan persepsi nilai.

Bisa jadi anak yang di sekolahnya diajarkan bagaimana cara berdemokrasi yang baik tetapi di rumahnya, keluarga atau  orang tua memiliki nilai yang berbeda. Orang tua tak punya tradisi  berdiskusi, apa lagi berdebat dengan cara santun.

Bisa jadi terjadi benturan nilai bahwa anak di sekolah dilarang merokok, tetapi di rumah orang tua merokok di sembarang  tempat dengan cara tak santun. Dapat terjadi, anak di sekolah diajarkan bagaimana cara menghormati perbedaan agama, tetapi di rumah orang tuanya radikal.

Bisa pula, anak di madrasahnya diajarkan oleh ustadz  cara shalat tepat waktu, tetapi orang tua tidak memberi contoh di rumah.  “Semua itu merupakan benturan nilai, yang berlanjut pada konflik batin bagianak,” ujar Bahrul Hayat seperti dilansir situs Kemenag.

Pada seminar tersebut tampil sebagai narasumber  Direktur Pendidikan Madrasah  Ditjen Pendidikan Islam Nur Kholis Setiawan, dan Zulfikri Anas dari Pusat Kurikulum Kemendikbud. [pz/Islampos]
---

No comments:

Post a Comment

PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Sudah Berkunjung ke Wabsite Saya...

Tags

Harus Anda Ketahui (247) Renungan (192) Lifestyle (177) Tips (169) Remaja (156) Dunia Perempuan (134) Unik (78) Tokoh (66) Politik (59) Inspirasi (57) Health (54) Motivasi (53) Pernikahan (46) PKS Day (45) Kontroversi (41) Ada-ada Saja (35) Pendidikan (27) Ukhuwah (25) Agama (21) IPTEK (19) Kata Mutiara dan Nasihat (18) Fenomena (16) Kisah Nyata (16) Prestasi (16) Album (15) Artis (15) Konspirasi (15) Sebuah Perubahan (15) Seksualitas (15) Sport (15) Coretan Ku (14) Moralitas (13) Music (13) Palestine (13) ValentineDay (13) Lucu (12) Provokasi (12) Keajaiban (11) Bandung (10) Syariah (9) Ungkapan (8) Mualaf (7) Training (6) Tutorial (6) Aneh Tapi Nyata (5) Pacar (5) Syi'ah (5) Video (5) Internasional (4) PERSIB (4) Sholat (4) Ramadhan (3) Fitnah (2) Otomotif (2) Bulughul Marom (1) Cek Nomor (1) Hadits (1) Penipuan (1) Situs (1)
" Terima Kasih Sudah Berkunjung di Blog Saya, Jangan Lupa Komentarnya, Ya. Semoga Bermanfaat..."